Ingin Buat Storynomics? Simak Yuk Kiat Dari Dee Lestari

MENDENGAR istilah wisata narasi (storynomics) yang terbayang pertama yakni suguhan ragam cerita di kala berkunjung ke tempat wisata. Tidak salah ternyata, namun cerita-cerita dari tempat wisata itu dikemas dalam bentuk tulisan sehingga menarik minat orang untuk membaca hingga mengunjungi objek wisata tersebut.

Wisata Narasi (storynomics) menekankan pentingnya kekuatan cerita bagi industri pariwisata. Kekuatan cerita menjadi daya tarik wisata.

Penulis ternama Tanah Air Dewi ‘Dee’ Lestari mengatakan, menulis storynomics dari cerita yang sudah ada harus dikemas secara menarik agar orang mau membaca kemudian mengunjungi objek wisata yang diceritakan.

“Kalau dalam (cerita) fiksi, kita betul-betul membuat sebuah dunia baru dari nol, mau langit warna kelabu, mau biru, penulis yang menentukan. Tetapi kalau dalam storynomics ini, kita sebetulnya sudah dibantu dengan adanya tempat-tempat aktual dan cerita-cerita di dalamnya. Hanya perlu menggali dan ‘dipersolek’, kita indahkan sampai menjadi sesuatu yang bisa dinikmati,” kata penulis buku seri Supernova tersebut, Jumat (19/7).

Dee berbicara dalam acara sesi gelar wicara bertajuk Storynomics: The Power of Storytelling in Tourism yang diadakan di Toya Devasya, sebuah geopark resort dan villa hingga kolam dengan sumber air panas alami, yang berlokasi di Batur Tengah, Kintamani, Kabupaten Bangli, Bali. Acara tersebut merupakan rangkaian dari Toya Devasya Anniversary ke-22.

Dee menambahkan, ketika menulis fiksi dirinya menciptakan dialog dan drama di dalamnya mulai dari nol. Namun, untuk penulisan storynomic biasanya seseorang sudah punya tujuannya dan harapannya akan ada orang yang membaca bahkan mengunjungi tempat yang kita ceritakan.

“Jadi (storynomics) sudah ada tujuan akhirnya, sudah kita tetapkan. Lalu bagaimana menggerakkan orang dari cerita? Nah bahan-bahannya itu biasanya sudah ada, bisa dibilang lebih mudah namun pasti ada challenge-nya juga. Misalnya, bagaimana kita mengemas sesuatu yang sudah diketahui orang banyak tapi dengan perspektif baru, perspektif yang lebih segar. Nah ini challenge-nya di sini,” ungkap pencipta lagu Kali Kedua yang dinyanyikan oleh Raisa.

Jika, teman-teman ingin memulai storynomics, berikut ada kiat yang dibagikan oleh Dee Lestari. Simak ya.

Kiat Menulis Storynomics yang Menarik

1. Karakterisasi Narasi

Penulis buku Filosofi Kopi ini mengatakan langkah pertama yang harus dilakukan ialah membuat karakterisasi narasi yang menarik.

“Karakter tidak berarti harus ada si A, B, C di dalam cerita, (tapi) naratornya sendiri, penceritanya sendiri, penulisnya, bisa menjadi suara ataupun karakter dalam penuturannya. Tapi biasanya kita mengikuti satu suara dan suara itul ah yang memikat perhatian pembaca,” ungkap Dee.

2. Kejernihan

Langkah selanjutnya yang perlu diperhatikan ialah kejernihan cerita. Dee membenarkan jika banyak orang beranggapan tulisan berkualitas itu penuh dengan kata-kata yang sulit, kalimat panjang yang rumit dan kompleks. Padahal justru penulis harus mampu menjernihkan sesuatu agar mudah dipahami semua orang.

“Bagaimana kita menjernihkan sesuatu menjadi hal yang bisa dipahami semua orang itulah seni tertinggi sekaligus tersulit dari menulis. Kita harus mampu mendaratkan sesuatu agar bisa dipahami orang banyak,” ucapnya.

3. Kekuatan Penulis

Perempuan yang juga merupakan penyanyi ini menyebut pentingnya mengetahui kekuatan yang ada pada diri dalam proses menulis.

“Tahu kekuatan diri kita dalam menulis. Kalau ada seseorang yang kuat di nonfiksi, di riset, nah coba olah itu dan jadikan sebagai keunikan di dalam cerita, di dalam cara menulis,” papar Dee.

“Setelah saya menulis berkali-kali, akhirnya memahami Dee Lestari sebagai seorang penulis tuh cirinya ini, ada cara yang saya sukai dari menggabungkan kalimat tertentu dan memakai kosakata tertentu. Itu adalah ciri saya,” lanjutnya.

4. Berlatih

Menemukan kekuatan diri dalam menulis memang tak mudah. Oleh sebab itu, Dee mengatakan pentingnya berlatih menulis secara konsisten. Ibu dua anak ini menyebut dengan rajin menulis maka akan menemukan ciri khas tersebut.

“Tidak ada jalan pintas untuk menjadi penulis yang baik selain terus menerus menulis. Karena dari situ kita tahu kelemahan, kekuatan, keunikan dan segalanya. Belum ada pil ajaib yang kita minum hari ini, besok langsung jago nulis. Jadi mau enggak mau harus dilatih terus menerus,” tutur penerima penghargaan IKAPI (Ikatan Penerbit Indonesia) Awards 2018 untuk kategori “Book of The Year 2018” – Aroma Karsa (Indonesia International Book Fair 2018) tersebut. (M-3)

Penulis : Nike Amelia Sari