Storynomic dan Digitalisasi, Strategi Baru Toya Devasya Promosikan   Pariwisata di Batur Bali

Strategi baru Toya Devasya melalui Storynomic atau wisata narasi diharapkan dapat menjadi salah satu cara untuk mempromosikan pariwisata Batur, Bali.

Founder dan General Manager (GM) Toya Devasya Geopark & Resort, I Ketut Mardjana menyampaikan bahwa melalui Story-Nomics dapat menceritakan apapun suasana di Danau Batur, baik dari segmen budaya maupun sumber daya alamnya.

“Dengan begitu, narasi tersebut akan tersebar dari mulut ke mulut dan menjadi salah satu tujuan wisatawan untuk lebih terpicu datang kesini,” kata dia usai memperkenalkan buku berjudul Eat, Play, Love yang berisi tentang culture dan natural alam di Kintamani, khususnya di Toya Devasya, Sabtu (20/7/2024).

Mantan Dirut PT Pos Indonesia ini menyebut bahwa wisata narasi yang akan diangkat lebih ke segmen budaya dimana banyak sekali cerita-cerita unik dan sarat sejarah di sekitaran Danau Batur.

Pria yang akrab disapa IKM ini juga mengaku bahwa pihaknya tengah mengembangkan Toya Devasya melalui proses digitalisasi dengan membuat aplikasi layanan yang akan mempermudah pengunjung Toya Devasya dalam melakukan reservasi atau layanan lainnya dengan pembayaran digital.

“Kita baru mulai dengan website dan accounting sistem, jadi masih dalam proses digitalisasi,” terangnya.

Wisata narasi yang digelar dalam rangkaian hari jadi Toya Devasya ke 22 ini menghadirkan narasumber salah seorang Putri Daerah yaitu Ni Luh Djelantik, sang editor buku Eat, Play, Love, Andre Syahreza dan penulis terkenal Dewi Lestari.

Dijabarkan Dewi, wisata narasi dapat menjadi salah satu cara dalam mempromosikan wisata di Batur agar lebih mendunia melalui berbagai cerita yang sudah ada.

“Cerita bisa mengubah konsep untuk keinginan yang berbeda,” ujar dia.

Menurutnya, cerita merupakan suatu dasar kebutuhan bagi manusia yang bisa mengubah ekonomi di dunia dengan sebuah cerita. 

Itu bisa dilihat dengan potensi alam yang ada di kawasan Batur mulai dari budaya, pertanian, kuliner hingga sejarah yang mencatat dimana Kintamani menjadi kerajaan pertama di Bali yang memiliki kisah pernikahan sang Raja dengan seorang putri Tiongkok.

“Cerita ini kan memang diketahui oleh semua masyarakat di Batur, tapi tidak dengan wisatawan,” katanya.

Kendati demikian, lanjut Dewi, pemerintah daerah juga harus mempertimbangkan dampak dari meningkatnya kunjungan ke Batur melalui storynomic ini.

“Baik itu dari sisi sarana prasarana maupun kesiapan masyarakatnya dan bagaimana wisata narasi ini dampak berdampak pada kesejahteraan masyarakat lokal,” jelasnya.

Kendati tidak instan, wisata narasi dapat menjadi strategi baru pengelola maupun pelaku usaha wisata dalam mendongkrak pariwisatanya sehingga akan berpengaruh terhadap tingkat kunjungan.

Penulis : Susi Artiyanto